Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Latar belakang yang mepengaruhi Soe Hok Gie dalam gerakan mahasiswa tahun 1960-1968, (2) Peran Soe Hok Gie dalam gerakan mahasiswa tahun 1960-1968, (3) perubahan yang terjadi setelah jatuhnya Orde Lama terhadap kondisi politik dan gerakan mahasiswa.
Sosok Soe Hok Gie yang idealis dan haus akan kebenaran begitu dirindukan untuk tetap ada di Indonesia. Arus masyarakat tak pernah stabil, namun disitulah letak tantangan kita sebagai mahasiswa untuk tidak tinggal diam dan terus berfikir dan mencipta. Sehubungan dengan judul di atas “Guru bukan dewa”, sepatutnya kita tidak membatasi ilmu dan
Gie merupakan seorang intelektual muda yang begitu militant dalam membela rakyat. Gagasan dan pemikirannya merupakan jalan bagi mahasiswa untuk berpikir kritis. Gie selalu memiliki komitmen untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan kemanusiaan.
Rudy tak menyebut namanya. Namun dia memastikan jika Soe Hok Gie memang sangat mencintai perempuan itu. Begitu juga sebaliknya. Namun bagi lelaki Tinghoa tersebut, cinta bukanlah soal saling membutuhkan, namun lebih dari itu. Ada saling pengertian, tanggungjawab dan kemerdekaan menyatakan keinginan, termasuk keinginan untuk mencintai itu sendiri.
Nama Soe Hok Gie mungkin sudah tak asing lagi bagimu. Meskipun tidak terlibat langsung dalam pertempuran kemerdekaan, Soe Hok Gie adalah tokoh keturunan Tionghoa yang patut untuk diteladani. Lahir di Jakarta, 17 Desember 1942, Soe Hok Gie adalah aktivis reformasi yang menentang kediktatoran pemerintahan Indonesia saat itu.
Kala itu, tubuh Soe Hok Gie sudah sangat lemas. Evakuasi jenazahnya terbilang panjang. Kabar kematian Soe Hok Gie langsung tersebar hingga Jakarta. Pada 21 Desember 1969, rombongan dari Jakarta sampai di Gubuk Klakah. Jenazah Soe Hok Gie sempat dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Jakarta Selatan.
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta ," ujar Soe Hok Gie dalam puisinya berjudul "Mandalawangi-Pangrango" yang ditulis tahun 1966. Keindahan dan kekaguman Soe Hok-Gie tergambarkan lewat puisinya. Dalam puisinya, Soe Hok-Gie tercatat dua kali mengucapkan "Aku cinta padamu, Pangrango". Lembah Mandalawangi di Gunung Pangrango, Jawa Barat
Film Gie merupakan sebuah film biografi Indonesia yang dirilis pada tahun 2005. Film ini disutradarai oleh Riri Riza berdasarkan catatan seorang demonstran yang di tulis lansung oleh Soe Hok Gie. Tokoh seorang demonstran di bintangi oleh Nicholas Saputra. Film ini tayang pada tanggal 14 Juli 2005 dan berhasil memenangkan tiga penghargaan pada
nGHD.